ENAM MAZHAB DALAM MEDIA, KOMUNIKASI, DAN PEMBANGUNAN | Muhamad Rifki Ainul Adha | Paper KOMUNIKASI PEMBANGUNAN | PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2020

 

1.   PENDAHULUAN

 

Pembangunan sebagai kegiatan nyata dan menonjol mulai terlihat pada akhir Perang Dunia II. Negara yang baru saja terlepas dari belenggu penjajahan dan kemudian merdeka, memiliki suatu keharusan untuk dapat menyelenggarakan pembangunan. Kondisi tersebut mendorong berkembangnya berbagai rencana pembangunan sebagai pegangan dari setiap negara sebagai strategi dalam percepatan untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju (Rinni, 2005).

Perbedaan wilayah dan perbedaan bangsa menjadi dasar bahwa setiap negara memiliki cara tersendiri dalam pelaksanaan pembangunannya. Akhir periode tahun 1960-an, pembangunan didefinisikan sebagai laju pertumbuhan ekonomi. Saat itu, industrialisasi dianggap jalan utama menuju pembangunan (Pramono, 2016). Pembangunan sebagai upaya yang bersifat revolusioner untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju, disadari atau tidak, mau atau tidak, paradigma pembangunan identik dengan pembangunan ekonomi. Tujuan pembangunan adalah pencapaian pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin dan dipandang sebagai strategi investasi. Nyatanya, pembangunan tersebut banyak mendapat kritikan karena telah membawa berbagai akibat negatif seperti kerusakan alam, kesenjangan sosial, dan depedensi (Tjokrowinoto dalam Rinni, 2005).

 Satu dasawarsa kemudian, timbul optimisme berlebihan dan harapan besar untuk peranan komunikasi massa dalam pembangunan di wilayah Amerika Latin, Afrika, dan Asia. Media massa, terlebih radio pada saat itu, telah berkembang hingga ke tengah pendengar di negara berkembang dan terlihat sebagai suatu potensi besar dalam membantu negara berkembang untuk mencapai tujuan pembangunan. Media massa dianggap mampu menyalurkan program-program pembangunan yang juga mempercepat proses adopsi dan penerimaan dari masyarakat akan pengetahuan dan teknologi terkini.

Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang berkaitan erat karena komunikasi dianggap salah satu variabel berpengaruh dalam keberhasilan pembangunan dan proses perkembangannya. Demikian pula pembangunan adalah proses perubahan lebih baik yang dalam penyusunan strateginya akan menentukan faktor pendukung dari strategi komunikasinya. Strategi komunikasi akan menentukan proses komunikasi yang terjadi dan harus mendukung tujuan pembangunan agar dalam pelaksanaannya akan ada proses komunikasi yang efektif.

Komunikasi pembangunan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi memiliki tiga perspektif utama di dalamnya yang bila disederhanakan akan menjadi media, komunikasi dan pembangunan. Ketiga perspektif tersebut kemudian dijabarkan menjadi media untuk pembangunan, pembangunan media, dan komunikasi partisipatif/komunitas. Ketiga perspektif tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena sejatinya saling mendukung dan terkait dalam bidang komunikasi pembangunan.

Paham-paham akan komunikasi pembangunan terus berubah karena teori komunikasi pembangunan awal dirasa kurang sesuai untuk merespons isu-isu lain di wilayah yang berbeda-beda. Pada awalnya, konsep komunikasi pembangunan mengacu pada teori komunikasi milik Marxis namun, konsep komunikasi di dalamnya sering disalahgunakan hanya untuk kepentingan komersial. Akhirnya, muncul perspektif-perspektif baru akan komunikasi pembangunan. Kemunculan perspektif-perspektif baru yang berbeda terhadap teori dan model pembangunan yang bersifat terfokus pada kondisi di Eropa pasca kolonial didasari pada konteks budaya, geografis, dan ideologi tertentu. Paham akan komunikasi pembangunan di wilayah lain kemudian berkembang dan membentuk enam Mazhab.

Selama perkembangan pembangunan dan penggunaan media massa tersebut telah banyak terjadi pergeseran pemikiran yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan permasalahan lingkungannya. Pembangunan yang awalnya hanya mengacu pada laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan peningkatan produksi dan produktivitas lama kelamaan menimbulkan dehumanisasi. Berdasarkan kondisi tersebut, dirasa perlu untuk mengetahui bagaimana komunikasi pembangunan dan peran media massa terus bergeser dalam pemahamannya hingga akhirnya media, komunikasi, dan pembangunan mampu membawa isu-isu masyarakat yang lebih butuh menjadi fokus perhatian dalam pembangunan menjadi terangkat. Berdasarkan kondisi tersebut menjadi perlu untuk mengetahui bagaimana perkembangan Mazhab dalam media, komunikasi, dan pembangunan terus bergeser, berkembang, dan saling mempengaruhi satu sama lain.

 

2. PEMBAHASAN

 

MAZHAB DALAM MEDIA, KOMUNIKASI,

DAN PEMBANGUNAN

 

1.   The Bretton Wood School / Mazhab Bretton Woods: Menekankan pada Media untuk Pembangunan dan Pembangunan Media.

Karena dengan menekankan dan berfokus pada penggunaan media diharapkan mazhab ini dapat meningkatkan keuntungan ekonomi untuk sebagian besar masyarakat agraris. Hal ini dikarenakan ada saat itu masyarakat tradisional tidak semuanya bisa membaca atau bisa dikatakan buta huruf, sehingga penggunaan media seperti radio merupakan langkah yang tepat untuk modernitas. Ciri khas dari mazhab ini adalah penerapan teknologi informasi dan plathform media untuk memperluas informasi untuk segala kalangan (Walter Rostow, 1960)

Mazhab Bretton Woods dapat ditemukan pada strategi ekonomi Marshall pasca perang dunia kedua dan pada saat pembentukan Bank Dunia serta IMF pada tahun 1944. Pekerjaan peneliti pada Mazhab Bretton Woods yaitu menekankan komunikasi pembangunan secara  modernis dan orientalis. Komunikasi Pembangunan modernis adalah komunikasi yang menekankan pada kekuatan media dalam proses komunikasi untuk merujuk kepada proses pembangunan. Sedangkan, Komunikasi pembangunan orientalis adalah komunikasi yang terkonsentrasi atau memfokuskan diri dalam mempelajari kajian keilmuan yang merujuk pada proses pembangunan. Akan tetapi komunikasi pembangunan secara modernis dan orientalis,  mendapat beberapa kritik dari sarjana komunikasi.

Sarjana komunikasi mengkritik pendekatan komunikasi modernis, dapat membuka sebuah cara untuk berpikir ulang terhadap konsep budaya, komunikasi dan partisipasi. Hal ini terjadi karena  kegagalan dalam paradigma pembangunan modernisasi dalam memberantas kemiskinan dan keterbelakangan. Tetapi dengan adanya kegagalan model objektif modernisasi secara bertahap memotifasi negara-negara berkembang untuk dapat membuat strategi baru dengan tujuan mengkonsolidasikan atau memperkuat kemandirian ekonomi dan politiknya.

Ada dua perkembangan besar yang berkontibusi pada saat munculnya Mazhab Bretton Woods. Pertama dalah percobaan radio pertanian, radio ini digunakan untuk memberikan informasi pertanian kepada komunitas regional dan terpencil mengenai cuaca, tanah, udara, peringatan banjir dan berbagai informasi lain yang mempengaruhi komunitas pertanian. Percobaan ini diperkuat dengan adanya keterlibatan publik besar dan penyiar nasional sebagai penyampai informasi dalam radio tersebut. Kedua, adalah percobaan komunikasi pembangunan di Kanada yang melibatkan forum radio pertanian, dan percobaan pemutaran video tentang kemiskinan. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menantang masyarakat di Kanada untuk mau meningkatkan mata pencaharian mereka.

Pendukung terkuat dari Mazhab Bretton Woods yaitu Bank Dunia, mengkonseptualisasikan komunikasi pembangunan sebagai sebuah “Integrasi komunikasi strategis dalam proyek pembangunan”. Konsep ini didasari pada pemahaman yang jelas, tentang konteks adat untuk merencanakan pembangunan suatu negara. Pada saat terjadinya realisasi pembangunan tersebut, komunikasi pembangunan melibatkan partisipasi masyarakat untuk merumuskan aspek penting dalam mempromosikan dan memperkenalkan suatu perubahan dan pembangunan yang bekelanjutan. Para ahli teori komunikasi massa barat juga telah mencoba untuk menunjukkan atau mendemostrasikan dampak langsung dan kuat dari pesan media  pada masyarakat dan setiap individu. Peneliti komunikasi juga akan membangun model matematika atau sosiologi pada komunikasi linear untuk menunjukkan bagaimana pesan media dapat mempengaruhi perilaku atau opini publik. Fokus mereka yaitu pada efek propaganda media dan pada aksi dan opini publik. Akibatnya, proyek radio pertanian dan pendidikan didasarkan pada model manajemen dan penyebaran secara difusionis atau menekankan pada gagasan dari satu tempat ke tempat lain.

Kombinasi dari pembangunan dan komunikasi akan membuktikan kekuatan lembaga dan pemerintah Barat untuk memulai intensif terhadap penggunaan media dan komunikasi dalam konteks pembangunan negara bagian selatan bumi. Hal ini juga merupakan landasan dari Mazhab Bretton Woods pada komunikasi pembangunan.

Kami berpendapatan bahwa paham ini memiliki peluang untuk diintervensi oleh pihak-pihak kapitalis maupun intistusi pemerintah maupun swasta melalui pemberian intensif untuk menyisipkan kepentingan beberapa golongan, karena lembaga dan pemerintah Barat memiliki kekuatan besar untuk mengontrol strategi komunikasi melalui media atas tujuan proyek pembangunan.

 

2.   Mazhab Amerika Latin (Latin American School): Menekankan pada Media untuk Pembangunan dan Komunikasi Partisipatif

Manyozo (2006, 2012) berpendapat bahwa Latin American School mungkin telah mengenalkan percobaan paling awal dalam komunikasi pembangunan, melalui pendirian Radio Sutatenza  dengan percobaan edukasi pembangunan pedesaan dan didorong sebagai jalur pedagogis kritis yang reliabel untuk sosial pembangunan, politik dan kewarnegaraan kultural.

Manyozo mengungkapkan bahwa Latin American School tidak dibangun pada teori pembangunan Barat, tetapi lebih kepada poskolonialiti yang merupakan sebuah penolakan pengalaman historis yang spesifik pada penaklukan kolonial dan neokolonial. Dalam hal ini, pendapat Manyozo tersebut dapat dibenarkan. Menurut Nurhadi (2007), poskolonial sebagai sebuah kajian muncul pada 1970-an di pembangunan barat. Sedangkan Radio Sutatenza didirikan pada tahun 1947, jauh sebelum poskolonial.

Selain itu, perkembangan komunikasi pembangunan juga didasarkan  pada keagamaan Katolisme khususnya teologi liberal serta literasi dewasa yang dicirikan dengan adanya  kampanye edukasi untuk orang dewasa yang bertujuan untuk kepentingan komunikasi sosial keagamaan. Hal ini ditandai dengan kemunculan pemilik jaringan stasiun radio di Bolivia pada tahun 1949, juga menandai momen kunci dalam pendekatan wilayah menuju media, komunikasi, dan pembangunan, dengan banyak menekankan pada kasus ekonomi politik. Tahun 1970, Latin America School dikuatkan lebih jauh oleh pekerjaan literasi dewasa oleh Paulo Freire di Brasil; kritik pedas Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin (ECLA) menentang ketidaksetaraan yang melekat dalam  pendekatan kapitalis menuju pendekatan modernisasi dan hiburan-pendidikan Miguel Sabido di televisi.

Manyozo juga menjelaskan pendekatan Sutatenza yang berakar pada filosofi pembebasan Gereja Katolik, yang telah melahirkan teologi liberal setelah dibentuknya Dewan Vatikan II (1962–1965) dan memasukan Hak Asasi Manusia (kebebasan berpendapat) dalam deklarasi. Teologi liberal secara spesifik merinci peran media dan komunikasi sebagai instrumen pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan. Teknologi pendidikan mulai digunakan setelah Deklarasi Pendidikan Kristen, yang telah berhasil mendorong pendekatan komunikasi pendidikan untuk mengembangkan kemampuan fisik, moral dan intelektual siswa dengan tujuan untuk membantu mereka mengejar 'kebebasan sejati', yang memungkinkan secara aktif terlibat dalam berbagai organisasi masyarakat. Dari kutipan 'kebebasan sejati' inilah lahir pemahaman bahwa memiliki sistem media dan komunikasi yang independen dan bebas ini sangat penting.

Berdasarkan dari kajian Manyozo di Latin American School ini, lahir beberapa teori tentang  Media Komunikasi Sosial yang berkembang sebagai sebuah pedoman dalam kegiatan keagamaan. Tidak hanya dapat mempromosikan kewarganegaraan, pemerintahan yang baik dan kemanusiaan, tetapi juga terkait nilai-nilai dan prinsip-prinsip utilitarian media.

Teori Media Komunikasi Sosial yang lahir dari instruksi pastoral di Vatikan yakni terkait peran media dalam masyarakat, antara lain:

1.   memahami media sebagai ruang publik, sebuah forum publik di mana setiap orang dapat bertukar pikiran dan pertukaran ini melibatkan konfrontasi pendapat yang berbeda.

2.   memajukan gagasan tentang masyarakat berjejaring karena kemajuan pesat sarana komunikasi sosial meruntuhkan penghalang yang telah dibangun oleh waktu dan ruang di antara manusia.

3.   pengakuan atas peran yang dimainkan media dalam pembangunan, seperti media komunikasi dapat dilihat sebagai instrumen yang kuat untuk kemajuan

Teori-teori yang dibahas mengarah pada komunikasi partisipatif, namun Manyozo tidak secara gamblang menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan praktek dari komunikasi partisipatif. Sedangkan komunikasi partisipatif (participatory development communication) baru mulai populer pada pertengahan tahun 1990-an, yang ditandai dengan mulai bergesernya paradigma komunikasi pembangunan dari paradigma difusi ke paradigma pemberdayaan (Hardiyanto, 2008).

 

3.   Mazhab di India: Media Untuk Pembangunan

Asal usul Indian School salah satunya dimulai awal 1900 percobaan pembangunan dan ilmu jurnalisme, ketika ‘komunitas mendengarkan radio pedesaan’ dibentuk di wilayah Bhiwandi di Hyderabad untuk mendengar siaran pedesaan dalam Bahasa pribumi Marathi, Gujarati, dan Kannada. Sepanjangan paham komunikasi pembangunan di Filifina,Indian School koheren secara teoritis dan metodologis, walaupun banyak pembiayaan dan bantuan logistic secara inisial datang dari Bretton Woods School. Di Filifina, Indonesia, dan Sri Lanka, paham ini juga bergantung pada institusi akademik untuk percobaan dalam komunikasi pembangunan. Yang perlu dicatat diantara pusat akademik University of Poona, Pusat Studi Religi dan Masyarakat dan Universitas Kerala. Ada juga institute dan kampus lain berafiliasi dengan Universitas Delhi, dan berkontribusi dalam petumbuhan komunikasi pembangunan. Menurut Manyozo (2012) bahwa pada tahun 1960 akhirnya mendirikan Press Foundation for Asia (PFA). Yayasan ini berdasar dari Manila, melalui publikasi andalannya, Depthnews (berita dengan tema pembangunan, ekonomi, dan populasi) pencetus percobaan pertama tentang jurnalisme pembangunan (Loo, 2009). Bagi India, jurnalisme pembangunan telah diimplementasikan sebagai jurnalisme pedesaan, mempertimbangkan bahwa sebagian wilayahnya aalah pedesaan, miskin, buta huruf, dan terbelakang.  India membanggakan kantor negara terbesar dalam komunikasi pembangunan dijalankan oleh agensi Barat. Tingkat derajat institusi pelatihan telah muncul dan menjadi satu, seperti Indian Institute of Mass Communication. Satu tantantang menghadapi komunikasi pembangunan  telah melebarkan hubungan sosial yang tidak setara, hasil dari ekonomi politik media dan komunikasi yang menaungi elit dan yang memiliki tujuan produksi. Ini telah dipermasalahkan karena usaha untuk sentralisasi media dan komunikasi, ditandai oleh intervensi negara dan sektor public (Thomas, 2001).

Pendidikan seperti banyak institusi sosial lainnya adalah bermuka dua menghadap ke depan dan ke belakang. Pendidikan dalam arti kata yang lebih tua adalah pelatihan dalam seni, kerajinan dan nilai-nilai suatu suku atau kelas atau masyarakat. Sistem pendidikan di India telah mengalami perubahan mendasar mengikuti transformasi struktur sosial ekonomi masyarakat melalui berbagai tahapan. Kementerian Komunis Pertama di Kerala berupaya menyiapkan dasar hukum untuk peningkatan pendidikan umum dan kondisi kerja guru melalui RUU Pendidikan Kerala. Meskipun dalam terang sejarah panjang perubahan pendidikan yang terjadi di Travancore, Cochin dan Madras presidensi sebelum RUU Pendidikan baru, tidak ada yang sangat radikal di dalamnya; itu menjadi sangat kontroversial karena alasan sederhana yang diprakarsai oleh Pemerintah yang dipimpin Komunis. Semenjak zaman pasca-penjajahan India oleh Inggis, sistem lembaga pendidikan di India yang paling berpegaruh terhadap pembangunan adalah lembaga pendidikan yang menerapkan sistem komunal. Lembaga pendidikan komunal dengan faktor kemampuan yaitu sumber daya, mobilisasi dan dorongan kompetitif, melalui pers (penyiaran melalui media masa) secara leluasa dapat mengadakan pertemuan publik dan debat. Alhasil, pendidikan di India semakin hari menjadi lebih mudah diakses oleh semua orang di mana saja, setiap orang dalam lembaga pendidikan menjadi terpelajar, dan keluhan yang didapat pun dipublikasikan. Langkah-langkah tersebut di kemudian hari diadopsi oleh Pemerintah India sebagai langkah progresif dalam pencapaian pembagunan, bahwa perlu saling terkaitnya akses pendidikan terhadap perubahan sosial masyarakat pedesaan. Proses pembangunan melalui pendidikan di Mazhab India dilakukan melalui empat tahap. Pertama-tama adalah adopsi universal dari prinsip wajib belajar dasar dengan gratis, kedua ada target literasi universal yang memerlukan pengembangan pendidikan orang dewasa dalam skala luas, ketiga, perkembangan pendidikan menengah dan tinggi merupakan konsekuensi yang diperlukan perkembangan di bawah kepala pertama dan keempat ada target untuk sekunder dan pendidikan tinggi yang diturunkan dari kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan ekonomi (Kumar 2011).

 

4.   Mazhab Africa: Menekankan pada Komunikasi Partisipatif

Komunikasi pembangunan Mazhab Afrika muncul sekitar atau awal 1960, secara luas pada pergerakan poskolonial dan komunis, yang mana memberikan sebuah batu loncatan dari paham sarjana Africa mulai untuk memikirkan ulang konsep budaya, komunikasi dan pembangunan (Kamlongera, 1988 2005; Manyozo, 2012). Selama periode kemunculan dan pertumbuhannya, terdiri dua fakultas, media rakyat dan radio pedesaan (Manyozo, 2012), diiringi dengan pergerakan kemerdekaan dan negritude.

Pergerakan Negritude merupakan sebuah gagasan intelektual kulit hitam yang bergabung bersama-sama melalui bahasa Perancis untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan mendapatkan kemerdekaan daripada pihak penjajah. Di samping itu, pergerakan Negritude juga bertujuan untuk menimbulkan kesedaran dalam kalangan orang kulit hitam supaya kembali kepada adat, budaya dan tradisi nenek moyang mereka, Paham negritude menjadi teori dan praktik strategis dalam teologi liberasi hitam, yang pergerakan sosial (seperti Nation of Islam, Black Panther atau Rastafarian) telah menjadi bentuk kesadaran sosial terorganisir yang menolak dominasi politik, sosial, dan moral barat, simbol perlawanan terhadap penindasan kolonial terhadap nilai-nilai, identitas dan pengetahuan pribumi, serta penekanan rasa bangga dan kesadaran menjadi kulit hitam.

Mazhab Afrika menerapkan konsep teater dalam membangun partisipasi dan kesadaran masyarakat/komunitas dalam pembangunan. Teater menerapkan metodologi stategis berupa drama, music dan tari yang berisi konten dan isu isu penting pembangunan, untuk memobilisasi dan memberdayakan komunitas untuk menjadi partisipan yang aktif dalam proses pembangunan dan perubahan sosial. Pendekatan melalui konsep teater mampu di terima oleh komunitas sebagai bentuk komunikasi yang mampu menjadi forum kritis masyarakat lokal menanggapi isu-isu pembangunan, dan menggugah serta membentuk pola pikir masyarakat.

Tiga institusi yang memberikan pengaruh besar dalam komunikasi pembangunan di afrika antara lain : misionaris dalam misi modernisasi memahami pentingnya teater sebagai alat untuk membudayakan orang, universitas mengadaptasi praktik konsep teater keliling dan mulai mengembangkan gagasan membawa teater ke masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat sebagai pemberi layanan pendukung telah memungkinkan mereka menggunakan teater, musik dan tari untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar menjadi peserta aktif dalam proses pembangunan.

Penggunaan teater sebagai bentuk komunikasi dalam pembangunan di afrika akan menjadi efektif dengan memasukan unsur budaya dan kearifan local yang mudah diterima oleh masyarakat/komunitas, dengan demikian akan menumbuhkan partisipasi masyarakat/komunitas dalam menanggapi isu-isu penting pembangunan yang membuat masyakat berpikir kritis dan berdaya dalam menyampaikan ide atau gagasan pembangunan.

 

5.   Mazhab Los Banos: Menekankan pada Tiga Pendekatan

Mazhab Los Banos menerima dukungan logistic dan finansial dari Bretton Woods School. Tetapi lama kelamaan dia membentuk kembali dirinya kembali ke dalam institusi otonom dan akhirnya mengelola teori dan metodologi pembangunannya sendiri. Hal ini menurut saya menjadi suatu prestasi untuk akhirnya terlepas dari ketergantungan Bretton Wood School dan berpeluang menghasilkan konsep pembangunan yang independen. Pembangunan strategi komunikasi seperi siaran berdasarkan sistem pembelajaran jarak, penyiaran edukasi pedesaan atau media rakyat untuk pembangunan mendemonstrasikan bahwa Mazhab Los Banos akhirnya menjadi independen secara teori dengan pendirian gelar komunikasi pembangunan hingga program master pertama di dunia di Filifina. Jenis komunikasi pembangunan ini dimulai sebagai komunikasi untuk pembangunan pedesaan, karena, sebagai warga negara berkembang, ada kebutuhan untuk mengumpulkan sumber daya untuk memenuhi tujuan dan impian mayoritas warga (Manyozo, 2012).

 Hari ini, Mazhab Los Banos telah bergabung dengan banyak Mazhab di Eropa, Afrika, dan Amerika, seperti World Bank, FAO, UNESCO. Mazhab ini berlanjut untuk muncul sebagai pioniir dalam pengajaran komunikasi pembangunan dan banyak menghasilkan edukasi komunikasi pembangunan di dunia. Mazhab ini sekarang menjadi perguruan tinggi yang diminati dan kurimkulunya menawarkan pelatihan penyiaran pembangunan, komunikasi edukasi, jurnalisme ilmu komunikasi dan pembangunan. Mazhab Los Baños merinci perkembangan historisnya sejak dimulai sebagai Kantor Penyuluhan dan Publikasi Mazhab Tinggi Pertanian pada tahun 1954, di mana beberapa anggota staf mulai melakukan penelitian tentang bagaimana komunikasi dapat digunakan untuk mengatasi masalah pembangunan pedesaan (Librero, 2009).

Quebral (1988) catatan beberapa faktor yang menghalangi desain dan implementasi sukses pada intervesi komunikasi pembanguna, menjadi: penurunan nilai gagasan pedesaan, pertanian dan program media pribumi dan orang; kekurangan kerangka kebijakan yang bersatu pada teknologi komunikasi dan informasi dan peran mereka dalam pembangunan; peningkatan komersialisasi media public maupun komunitas.

Mazhab Los Baños saat ini berpendapat bahwa komunikasi pembangunan 'tidak dapat benar-benar mengubah orang, tetapi hanya dapat membantu mereka mengubah diri mereka sendiri, dengan kecepatan mereka sendiri yang tercerahkan' dan bahwa 'tidak ada transformasi masyarakat yang cepat, karena pembangunan adalah proses yang berlarut-larut dan panjang.  (Quebral, 1988, 2002; Freire dan Horton, 1990). 

Roger (1979) dalam Rahmah (2002) memandang pembangunan sebagai suatu bentuk perubahan sosial yang dinyatakannya dengan mendefinisikannya sebagai proses perubahan sosial yang bersifat partisipatori secara luas untuk memajukan keadaan sosial dan kebendaan termasuk keadilan yang lebih besar, kebebasan, dan kualitas yang dinilai tinggi melalui perolehan mereka akan kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan.Jelas sekali bahwa pembangunan hendaknya tidak diartikan semata untuk peningkatan kehidupan materi saja melainkan non materi pula, agar dapat mencerminkan keseluruhan aspek kehidupan termasuk aspek non materi. Aspek non materi pembangunan berbentuk proses perolehan pengetahuan, informasi, dan keterampilan-keterampilan baru.

 

6.   Mazhab Komunikasi untuk Pembangunan dan Perubahan Sosial

Komunikasi untuk Pembangunan dan Perubahan Sosial Mazhab terdiri dari kolaborasi kelembagaan yang melibatkan organisasi penelitian dan pengembangan dari lima mazhab pemikiran, serta antara utara dan selatan. Kolaborasi dari Mazhab yang berbeda telah menghasilkan hasil yang menarik berkaitan dengan pengujian teori terhadap praktek. Harus dicermati bahwa kolaborasi ini tidak berjalan mulus, karena tampaknya masih terdapat ketidaksepakatan mengenai konsep perubahan sosial, proses komunikasi, pelatihan dan pendekatan metodologis. Akibatnya, ada dua pendekatan yaitu pendekatan teori pengembangan dan pendekatan teori komunikasi :

a.   Pendekatan pembangunan

Pendekatan teori pembangunan telah melibatkan peneliti dan praktisi untuk menemukan asal-usul, definisi dan praktik dalam paradigma pembangunan yang dominan sebagai yang telah merumuskan batu loncatan untuk munculnya komunikasi pembangunan. Pendekatan teori pembangunan, di satu sisi, menawarkan perbandingan paralel antara evolusi komunikasi pembangunan dalam kaitannya dengan teori pembangunan. Program penelitian dan pelatihan Bekerja dalam pendekatan ini sering menempatkan inisiatif mereka dalam penyuluhan pertanian, pembangunan pedesaan, sosiologi pedesaan, pengembangan kesehatan masyarakat atau sistem pengetahuan adat. Ini adalah pendekatan yang telah mendominasi penelitian dan pelatihan program di sebagian besar Afrika dan Asia.

b.   Pendekatan teori komunikasi

Pendekatan teori komunikasi di sisi lain, melibatkan praktisi dan cendekiawan yang berfokus pada pemeriksaan sejarah tentang bagaimana eksperimen media dan komunikasi mempengaruhi tata kelola, demokrasi, dan mata pencaharian. Pendekatan semacam itu biasanya dibangun di atas badan kerja dalam penelitian efek media, teori sosial, ekonomi politik atau teori politik demokrasi liberal. Konsep perubahan sosial telah menjadi kunci untuk ini, terutama di Amerika. Model program pelatihan yang dipromosikan oleh Konsorsium Komunikasi untuk Perubahan Sosial mencerminkan pendekatan ini. Semakin banyak universitas di Amerika Latin yang mengadopsi model pelatihan perubahan sosial ini, yang asalnya dapat dikaitkan dengan deklarasi 'media komunikasi sosial' oleh Konsili Vatikan Kedua serta buku Goran Hedebro (1982), Komunikasi dan Perubahan Sosial di Negara Berkembang: Pandangan Kritis.

Tanpa membandingkan kedua pendekatan tersebut, Servaes (2008) menekankan sentralitas partisipasi dalam mengkonseptualisasikan komunikasi pembangunan. Mengabaikan penekanan pada difusi dalam dua pendekatan, terutama yang berkaitan dengan ketergantungan mereka pada kekuatan persuasif media, yaitu, bersifat pengirim-dan-media-sentris, Servaes (2008) berpendapat bahwa memahami komunikasi pembangunan hanya bisa berhasil. jika dibangun di atas teori partisipasi yang diadvokasi oleh UNESCO dan Freire , usaha yang harus diterima sebagai akal sehat.

 Jaringan Isang Bagsak telah melibatkan inisiatif pengelolaan sumber daya alam berbasis komunitas oleh lembaga-lembaga Amerika Latin, Asia Tenggara, Afrika dan Kanada. Bessette (2004) mengamati bahwa Isang Bagsak adalah inisiatif penelitian dan pengembangan yang memberdayakan mitra pembangunan untuk menggunakan alat dan pendekatan komunikasi pembangunan partisipatif (PDC) dalam rangka mempromosikan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat. PDC adalah alat komunikasi yang dapat digunakan untuk memfasilitasi keterlibatan masyarakat dalam pembangunan lokal (Bessette, 2004).  Implikasi dari Bessette ini pernyataan adalah bahwa sistem komunikasi dan pendekatan es harus 'indigenised', yaitu sebuah proses yang melibatkan implikasi yang disengaja dan dimasukkannya sistem komunikasi adat ke dalam sistem komunikasi utama sehingga menciptakan inisiatif komunikasi holistik (Ansu-Kyeremeh, 1994) . Dalam hal radio pedesaan dan pembangunan, kontribusi utama Mazhab Komunikasi untuk Pembangunan dan Perubahan Sosial (CFD & SC) adalah untuk memperjelas konsep radio pedesaan dalam kaitannya dengan jurnalisme pembangunan dan forum radio pedesaan, yang sebagian besar terbatas pada pedesaan atau pertanian. komunikasi oleh semua Mazhab ini.

 

3.     PENUTUP

Berdasarkan pemaparan keenam mazhab pemikiran pada bab pembahasan, untuk lebih memahami bagaimana ciri khas dari masing-masing mazhab maka, berikut gambaran perbedaan atau perbandingan yang ada dari masing-masing mazhab:

A.  Pendekatan

Dari keenam mazhab versi Manyozo, masing-masingnya menitikberatkan komunikasi pembangunan pada pendekatan tertentu. Pendekatan media untuk pembangunan (media for development) diadopsi oleh mazhab Bretton Wood di Amerika Utara, America Latin, India, dan  Los Banos di Asia Tenggara, dipimpin Filipina.

Konteks kelahiran Bretton Wood sendiri adalah kemenangan sekutu pada PD II dan babak baru dominasi Negara Barat, terutama AS, yang dimulai dengan agenda modernisasi negara-negara berkembang. Untuk misi tersebut, Marshall Plan ditelurkan AS semasa perang dingin. Program inilah yang disokong IMF dan Bank Dunia yang baru dibentuk beberapa tahun sebelumnya—aktor yang menentukan definisi dan arah pembangunan secara signifikan.

Agenda modernisasi oleh AS, secara khusus oleh Bretton Wood, tersebut berimplikasi pada jenis pembangunan dan komunikasi pembangunan yang positivistik, efek-sentrik, dan top-down oriented. Ilmuwan Bretton Wood mengaplikasikannya pertama kali pasca PD II dengan disiarkannya pogram radio pertanian di AS dan pemutaran video tentang kemiskinan di Kanada. Pendekatan jenis ini juga diterapkan mazhab India dan Filipina.

Ketiga mazhab tersebut juga berbagi pendekatan yang sama lainnya, yakni pembangunan media. Yang menonjol di antara ketiganya adalah India, di mana beragam aturan dan kebijakan terkait media dan pers dalam rangka pembangunan, program pelatihan keterampilan jurnalis, dan development journalism diintegrasikan dalam program nasional.

Jika dua pendekatan pertama bersifat media sentrik dan sarat akan pengaruh dan bias negara Barat, pendekatan ketiga yang diadopsi Amerika Latin, Afrika, Komunikasi untuk Pembangunan dan Transformasi Sosial (CDSC), dan Los Banos tak demikian. Karena Amerika Latin, Afrika, dan Los Banos (Filipina) berbagi pengalaman terimperialisasi dan punya sejumlah daerah yang masih terbelakang, wajar model yang partisipatoris berkembang. Hal yang menarik di antara mazhab-mazhab tersebut adalah Los Banos yang mengembangkan ketiga pendekatan dan hampir setiapnya telah mapan.

B.  Pengaruh

Ciri khas masing-masing mazhab berasal dari pengalaman ataupun tradisi pemikirin yang berbeda. Namun di antaranya ada yang dipengaruhi oleh mazhab lainnya. Dalam hal ini, India, Los Banos, dan DCSC dipengaruhi oleh Bretton Wood.

Amerika Latin dan Afrika tidak didominasi oleh modernisme a la Bretton karena kesamaan nasib dijajah dan kalangan intelektual serta tokoh adat yang keluar di waktu yang tepat. Segera setelah merdeka, keduanya menerapkan komunikasi pembangunan yang bersumber dari masyarakat masing-masing. Amerika Latin dengan campuran ajaran katolik, pendidikan kritis, dan refleksi poskolonialnya, sementara Afrika dengan kultur lisan, infrastuktur kebudayaan, dan refleksi atas pengalaman perbudakan. Dengan pengaruh tersebut, keduanya mengembangkan komunikasi pembangunan yang khas partisipatoris.

Los Banos agak unik karena pada mulanya pengaruh Bretton Wood sangat berpengaruh dengan bantuan dananya, namun  berangsur ia berubah otonom. Ditandai oleh pembuatan kurikulum, penyempurnaan bentuk program studi, dan pembukaan jenjang doktoral komunikasi pembangunan mendahului perguruan tinggi di Barat. Namun, sayangnya Manyozo tak memberitahu alasan/why Los Bancos bisa lepas dari pengaruh Bretton Wood. Tradisi apa yang memengaruhi mazhab ini sehingga dapat menghasilkan karakter khas?

Bretton Wood sendiri, sebagai mazhab yang paling berpengaruh mendaraskan diri pada pemikian ekonomi-politik dan komunikasi yang sangat deterministik, di mana tokoh-tokoh seperti Wilbur Schramm dan Everett M. Rogers kerap jadi rujukan utama.

C.  Derajat representasi komunitas/subjek pembangunan:

Derajat perlibatan pemangku kepentingan pada praktik tiap pendekatan berbeda-beda. Pada pendekatan komunikasi untuk pembangunan, stakeholder berperan pasif. Pada pendekatan pembangunan media, stakeholder dikatakan aktif jika ia, misalnya, dididik kapasitas literasinya sehingga dapat mendukung bagi pembangunan media sebagai ruang publik. Sementara itu, pendekatan partisipatoris sudah pasti mempersilahkan stakeholder untuk aktif.

Komunikasi pembangunan yang diterapkan mazhab Bretton Wood dan India tak melibatkan stakeholder di aras intrepertasi, perencanaan, perancangan, implementasi, dan evaluasi sebuah proses pembangunan. Kedua mazhab ini memandang stakeholder sebagai objek/pasif.

Sebaliknya, mazhab Latin Amerika, Los Banos, CSDC, dan Afrika menempatkan porsi besar bagi kontribusi stakeholder. Komunikasi pembangunan mazhab Afrika yang banyak dijalankan rakyat atas diskursus kesehatan, pertanian, dan AIDS terus bertahan dan kian mapan. Pendekatan Amerika Latin yang mengedepankan pencerahan dialogis pada kalangan komunitas, bersama gereja, mendekatkan mereka pada perencanaan pembangunan. Dapat dikatakan, stakeholder terepresentasikan pada derajat yang tinggi.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Kumar, Bhuyan Dilip. 2011. Education and Social Change A Sociological Study of Four Villages In Lakhimpur District of Assam. Disertation. Dibrugarh University.

 

Hadiyanto. 2008. Komunikasi Pembangunan Partisipatif: Sebuah Pendekatan Awal. Komunikai Pembangunan, 6(2).

 

Hardiyanto. 2008. Komunikasi Pembangunan Partisipatif: Sebuah Pengenalan Awal. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB).

 

Manyozo, L. 2012. Media, Communication, and Development: Three Approaches. Singapore: SAGE Publications.

 

Ndraha, T. 1981. Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Pembangunan di Beberapa Desa. Jakarta: Yayasan Karya Dharma

 

Nurhadi. 2007. Poskolonial: Sebuah Pembahasan. Yogyakarta: FBS UNY.

 

Pramono, M. F. 2016. Komunikasi Pembangunan dan Media Massa: Suatu Telaah Historis, Paradigmatik dan Prospektif. ETTISAL Journal of Communication, 1(1): 39-54.

 

Rahmah, M. 2002. Komunikasi Pembangunan dalam Perspektif Terkini. Media Neliti Publikasi. ISSN: 1411-3341.

 

Rinawati, R. 2005. Komunikasi dan Pembangunan Partisipatif. MEDIATOR, 7(2): 175-184.

Komentar